Bellissime Stelle ^^

Appreciating the Smallest Imagination

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Agronomi Juni 30, 2010

Filed under: Uncategorized — arcturusarancione @ 7:24 AM

Hello..

Teman- teman dan adik-adik tingkat ku,,ini ada contoh laporan Dasar-Dasar Agronomi. Laporan ini merupakan contoh laporan akhir yang mata kuliahnya akan teman-teman dapatkan di semester 3.

Laporan ini dikhususkan mengenai tanaman kedelai ^^

Buat anggota kelompok kedelai IIA : M. Khairi Fuad (MSL 45), Agung Sinaga (MSL 45), Indah Prastiwi (ARL 45), Enjoyment Akbar Siregar (ARL 45), Watson (TEP 45), Nur Fadhillah (TEP 45), Diza (TEP 45) dan Jefry Hidayat (TEP 45),, Thanks for all support and good team work..

silakan klik disini untuk mendapatkan contohnya..^^

smoga bermanfaat 🙂

Laporan Praktikum dasgron

 

Komposisi Kimia Membran Sel dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permeabilitas Membran Sel Juni 29, 2010

Filed under: Uncategorized — arcturusarancione @ 1:53 AM
  1. Tujuan

Melihat pengaruh berbagai perlakuan fisik dan kimia terhadap permeabilitas membran.

  1. Pendahuluan

Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan sitoplasma, serta membungkus organel-organel di dalam sel. Membrane sel merupakan lapisan semi permeable yang mengontrol pertukaran zat-zat, antara bagian dalam sel dan lingkungan luar. Membran sel terdiri dari banyak tipe molekul, dan setiap tipe ini memiliki kegunaan yang berbeda-beda dalam struktur dan fungsinya sebagai penyusun membran. Beberapa contoh dari molekul tersebut adalah : Fosfolipid, Protein, Kolestrol, Glikolipid, dan Glikoprotein. Molekul penyusun membran sel memiliki struktur yang dinamis, dimana komponen-komponennya bergerak dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semi permanen. (Wikipedia, 2010)

Membran sel berbentuk “double layer” atau layar ganda dari fosfolipid, dengan ketebalan rata-rata 7 nm. Selain susunan kimianya, membrane sel memiliki sifat yang berhubungan langsung dengan pergerakan air, maupun zat-zat terlarut lainnya. (Anonim, 2010)

III. Hasi Pengamatan

  1. Nilai Absorbansi Perlakuan Fisik (Panas dan Beku)
Perlakuan Nilai Absorband Pada 525 nm
65°C 0,390
60°C 0,116
50°C 0,044
45°C 0,031
Beku 3,182
Kontrol 0,207

2. Nilai Absorbansi Perlakuan Kimia

Perlakuan Nilai Absorbandsi pada 525 nm
Benzen 0,002
Aseton 0,106
Metanol 3,120
  1. Pembahasan

Membran sel merupakan lapisan yang mengontrol keluar-masuknya zat antara lingkungan luar dan lingkuangan dalam sel. Memban sel memiliki permeabilitas yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: ukuran solut, kelarutan lemak, derajat ionisasi, pH, dan temperatur. Ukuran solut yang cenderung semakin besar, serta derajat ionisasi yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan permeabilitas membran cenderung menurun, sedangkan pengaruh temperature dan pH yang tinggi membuat membran sel menjadi lebih mudah mengalami denaturasi.

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa terdapat empat mekanisme pertukaran zat pada membran sel, yaitu : Difusi, Osmosis, Transport Aktif dan Bulk Transport. Osmosis dapat diasumsikan dengan molekul air yang cukup kecil untuk melewati fosfolipid serta aquaporin. Masuknya air ke dalam sel disebabkan oleh beberapa faktor; contohnya pada sel tumbuhan biasanya dikarenakan oleh potensial air pada dinding sel.

Sedangkan difusi merupakan perpindahan netto suatu molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Perpindahan ini dipicu oleh energi kinetik yang menyebabkan molekul bergerak acak. Setelah mengalami difusi, molekul di dalam sel akan mengalami keseimbangan dan menyebar rata dalam ruang volum sel tersebut. Tekadang, konsentrasi suatu zat yang dibutuhkan oleh sel berada dalam batas yang kurang memadai pada lingkungan luar sel (tanah) dibandingan dengan lingkungan dalamnya. Dalam situasi seperti ini, salah satu protein penyusun sel, yaitu carrier protein, bertugas untuk membawa molekul dan ion dari dalam tanah ke dalam sel dengan melawan gradien konsentrasi. Mekanisme ini biasa disebut sebagai transport aktif (Anonim, 2010).

Pada praktikum kali ini, akan dibahas mengenai pengaruh perlakuan fisik dan kimia terhadap permeabilitas dari membran sel Beta vulgaris (Bit Gula) yang mengandung pigmen betalain. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai absorband tertinggi untuk perlakuan fisik panas, diperoleh angka 0,390 pada temperatur 65°C. Dari grafik terlihat bahwa semakin tinggi temperatur yang diberikan pada bit gula, maka warna ungu yang terlarut dalam akuades akan semakin pekat dan nilai absorband semakin tinggi. Nilai absorband yang tinggi ini menunjukkan bahwa jumlah cahaya yang diserap oleh larutan pada panjang gelombang 525 nm cukup besar pula. Maka, semakin tinggi nilai absorband yang terbaca, mengindikasikan bahwa semakin pekat warna larutan yang terbentuk; serta semakin tinggi tingkat kerusakan yang dialami oleh membran sel dengan perlakuan tersebut (banyak pigmen yang keluar dari sel). Berdasarkan hasil penelitian, temperatur toleran optimum bagi membran sel bit gula adalah 30°C-40°C. Pada temperature yang lebih tinggi lagi, membrane sel akan mengalami denaturasi yang secara langsung mempengaruhi permeabilitasnya (Anonim,2010).

Perlakuan beku memberikan nilai absorband yang lebih besar lagi, yaitu : 3,182. Hal ini disebabkan oleh air di sekitar umbi yang berubah bentuk menjadi kristal-kristal es sewaktu perendaman. Kristal-kristal es ini memiliki permukaan yang tajam, sehingga merusak membran sel dan mengoyaknya. Tak hanya sekadar membuat membrane sel terdenaturasi seperti pada perlakuan panas. Akibatnya, pigmen yang terlepas/keluar dari membrane menuju air destilata semakin banyak, dan menimbulkan warna ungu pekat.

Sedangkan pada perlakuan dengan bahan kimia, absorbandsi terbesar adalah perlakuan dengan metanol. Metanol merupakan senyawa alkohol yang bersifat polar dan mudah berikatan dengan membran sel. Ikatan ini menyebabkan senyawa organic penyusun  membrane sel menjadi larut (adhesi). Benzen memiliki nilai absorbandsi terendah. Hal tersebut dikarenakan oleh sifat dari benzen yang bertindak sebagai emulsifier dari fosfat dan membrane yang terlarut.

  1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan pada praktikum kali ini, diperoleh kesimpulan bahwa perlakuan fisik pada Beta vulgaris berupa panas dan beku, dapat merusak struktur membran selnya. Semakin tinggi temperatur yang diberikan, maka akan semakin tinggi nilai absorband dan kerusakan yang dialami oleh membrane sel. Begitupula dengan perlakuan beku, yang memberikan nilai absorband jauh lebih tinggi daripada perlakuan panas 65°C. Pada perlakuan kimia, metanol memberikan nilai absorband tertinggi dan nilai absorband paling rendah dimiliki oleh benzene.

  1. Daftar Pustaka

[Anonim] 2010. Factors Affecting the Rate of Permeability in a Cell Membrane [Terhubung berkala]. http://www.123helpme.com/view.asp?id=148801 (19 Maret 2010)

[Anonim] 2010. Membran Sel [Terhubung berkala]. http://id.wikipedia.org/wiki/Membran_sel  (22 Maret 2010)

VII.  Jawaban Pertanyaan

  1. Perlakuan panas menyebabkan membrane sel menjadi rusak. Protein yang menyusun membran (fosfolipid maupun glikolipid) mengalami denaturasi, sehingga pigmen ungu yang berada di dalam Beta vulgaris dan isi sel lainnya keluar. Hal tersebut dapat teramati dari perubahan warna akuades yang telah direndam oleh Bit gula selama 40 menit. Pada suhu yang lebih tinggi (65°C), warna yang dihasilkan dari perendaman menjadi lebih pekat daripada perlakuan suhu rendah. Maka, sifat permeabilitas membran sel terhadap substrat yang masuk akan semakin tinggi bila nilai absorbandnya semakin tinggi pula.
  2. Pembekuan menyebabkan permeabilitas sel menjadi tinggi. Karena air yang berada di sekitar membrane sel yang membeku berubah menjadi Kristal-kristal tajam. Kristal es ini kemudian mengoyak membrane sel, sehingga isi sel dan pigmen lainnya keluar. Menyebabkan munculnya warna ungu pekat pada air rendaman tersebut.
  3. Metanol adalah senyawa alcohol yang bersifat polar, sehingga mampu melarutkan senyawa organic seperti membrane sel. Membran yang terlarut ini kemudian kehilangan turgiditasnya dan menyebabkan isi sel keluar. Aseton adalah pelarut yang sangat baik untuk berbagai senyawa organic, keluarnya isi sel hamper mirip dengan yang terjadi pada methanol. Benzene merupakan senyawa aromatic yang tidak larut dalam air dan berbentuk emulsi.
  4. Membran sel terdiri dari fosfolipid bilayer yang memiliki sifat hidrofilik dan hidrofobik. Sifat hidrofilik merupakan sifat polar yang dimiliki oleh bagian kepala membrane (suka air). Sedangkan sifat hidrofobik adalah sifat non-polar yang dimiliki oleh bagian ekor membrane (tidak suka air). Sifat-sifat ini menyebabkan membrane sel menjadi suatu lapisan semi permeable, yang selektif dalam memilih zat-zat yang dapat masuk dari lingkungan luar ke dalam sel.
 

INISIASI AKAR Juni 28, 2010

Filed under: Uncategorized — arcturusarancione @ 8:19 PM
  1. Tujuan

Merangsang pembentukan akar pada stek batang kacang panjang dengan auksin

  1. Pendahuluan

Auksin berasal dari bahasa Yunani “Auxano” yang berarti tumbuh atau bertambah. Auksin merupakan golongan dari substansi permacu pertumbuhan tanaman dan morfogen (fitohormon) yang paling awal ditemukan. Salah satu anggota dari auksin yang paling dikenal adalah IAA. Suatu system sel tumbuhan memerlukan auksin untuk pertumbuhan, pembagian tugas (divisi,) maupun ekspansi selular. Fungsi auksin tergantung pada jaringan yang spesifik; seperti pada batang, akar, dan buah. Auksin dapat memacu pemanjangan apical batang, ekspansi lateral rambut akar, atau ekspansi isodiametrik dalam pertumbuhan buah. Beberapa kasus (pertumbuhan koleoptil), auksin memacu ekspansi selular tanpa adanya pembagian divisi dalam sel tersebut. Kasus lainnya, auksin dapat mendorong pembagian divisi dan ekspansi sel dalam jaringan yang sama seperti inisiasi akar (http://en.wikipedia.org).

Inisiasi merupakan salah satu aspek dari tumbuh pada tanaman dengan menghasilkan bagian-bagian atau organ baru. Kenaikan jumlah akar merupakan salah satu dari ciri pertumbuhan atau inisiasi tersebut. Rambut akar dapat tumbuh dari akar utama (akar lateral) maupun berasal dari jaringan batang tumbuhan ( akar adventif), yang dapat dipacu dengan pemberian golongan hormon auksin dalam jumlah tertentu. Daerah tergenerasi akar terletak pada absisat batang yang dipotong mengikuti perpindahan polar auksin menuju proses akhir fisiologi, yang letaknya lebih dekat pada ujung tanaman ( Mukherji and Ghosh, 2000 ).

  1. Hasil Pengamatan
No Pengamatan yang dilakukan Perlakuan
Air Destilata Larutan Hoagland larutan Hoagland + 0,1 mg IAA/l Larutan Hoagland + 1,0 mg IAA/l
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 1 Tanaman 2
1 Jumlah baris akar lateral 7 4 12 5 10 16 12
2 Jumlah akar lateral (dengan panjang lebih dan sama dengan 1 mm) 7 4 12 5 9 15 12
3 Jumlah primordia akar lateral (panjang kurang dari 1 mm) dalam tiap baris 0 0 0 0 1 1 0
4 Panjang akar lateral (dalam mm) 30,7 71 243 80 182 132 105

IV.  Pembahasan

Stek adalah suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. Pembentukan akar-akar dari stek adalah berupa akar-akar lateral, atau yang akar yang berbaris-baris dan tumbuh menyamping  Akar lateral berasal dari pasangan sel-sel pericycle, dengan beberapa sel terletak bersebrangan dengan xylem. Pertumbuhan akar lateral tersebut dipicu oleh auksin, dengan cara transportasi polar. Transportasi polar tersebut digunakan tumbuhan sebagai agen pembawa auksin dari sumber (source) menuju ke tempat yang membutuhkan seperti akar (sink) (Lakitan, 1994).

Inisiasi akar dalam praktikum ini dipacu oleh pemberian auksin pada media tumbuh stek batang kacang panjang. Biji kacang panjang pada mulanya ditanam dalam media tanah selama 5 hari, setelah itu dipotong hingga menyisakan hipokotil. Tanaman yang dipotong tersebut akan digunakan sebagai tanaman percobaan pada kultur air. Kultur air untuk percobaan ini diberikan konsentrasi auksin yang berbeda, dengan perlakuan lain berupa media air destilata dan larutan Hoagland. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data bahwa stek kacang panjang dengan larutan hoagland memiliki akar yang terbanyak, dilanjutkan oleh larutan hoagland + 0,1 mg IAA/l, larutan hoagland + 1,0 mg IAA/l, dan yang terakhir adalah air destilata. Akar yang diamati meliputi akar jenis lateral (>1 mm) dan akar primordial (<1 mm). Rata-rata panjang akar lateral tersebut juga berbeda secara signifikan, yakni : 157 mm (larutan hoagland); 131 mm (larutan hoagland + 0,1 mg IAA/l); 118,5 mm (larutan hoagland +  1,0 mg IAA/l); dan air destilata sebesar 30,7 mm. Berdasarkan literature yang ada, terdapat hubungan antara pertumbuhan akar, batang, dan tunas pada tumbuhan dengan auksin. Konsentrasi auksin yang rendah dapat memacu pertumbuhan akar lateral lebih cepat, sebaliknya akan menghambat pertumbuhan pada kadar yang tinggi. Kadar optimum hormon auksin untuk pertumbuhan akar jauh lebih rendah, kira-kira 1/100.000 dari kadar optimum untuk pertumbuhan batang (Dwidjosepoetro, 1986). Auksin tersebut sangat aktif dalam mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar lateral dari stek batang, sehingga penyerapan air dan unsur hara pada tanaman dapat mencapai ukuran optimum.

Hasil percobaan ini kurang sesuai dengan literatur, karena jumlah dan panjang akar lateral terbanyak justru dijumpai pada kultur larutan hoagland tanpa IAA. Seharusnya larutan hoagland + 0,1 mg IAA/l memiliki jumlah akar terbanyak, karena pengaruh auksin akan efektif pada konsentrasi yang kecil. Apabila dosis auksin terlalu besar, seperti pada kultur 1,0 mg IAA/l justru akan menghambat pertumbuhan akar tanaman dan menyebabkan keracunan pada seluruh jaringan tanaman. Kesalahan hasil pengamatan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti : botol yang digunakan pada kultur tidak gelap sempurna (botol yang tembus cahaya matahari akan menghambat kerja auksin, karena auksin berpengaruh optimum pada kondisi gelap), kondisi tanaman yang kurang sehat ketika dipindahkan ke dalam kultur (kandungan nitrogen dan karbohidrat tanaman kecil), pemotongan bagian batang tanaman yang terlalu pendek oleh praktikan sehingga bagian bawahnya tidak mencapai kultur, serta toleransi tanaman yang berbeda-beda terhadap perlakuan tertentu.

  1. Kesimpulan

Inisiasi akar merupakan salah satu mekanisme dalam menerapkan stek batang pada tumbuhan. Inisiasi akar dipicu oleh pemberian hormone auksin dalam konsentrasi tertentu. Berdasarkan literatur, konsentrasi auksin yang kecil akan mendorong tumbuhnya akar. Sedangkan pada konsentrasi yang besar justru akan menghambat munculnya akar lateral. Praktikan mengalami kegagalan pada percobaan ini, karena hasil yang didapatkan tidak sesuai denagn literature (Jumlah dan panjang total kar lateral terbanyak pada media larutan hoagland).

  1. Daftar Pustaka

Dwidjosepoetro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.

Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Mukherji, S and Ghosh., 2002. Plant Physiology. New Delhi: Tata Mc. Graw Hill Publishing Company Limite.

[Anonim]. 2010. Auxin [terhubung berkala]. http://en.wikipedia.org/wiki/Auxin (22 Mei 2010).

  1. Jawaban Pertanyaan
  2. Hormon auksin berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perpanjangan akar lateral (pada konsentrasi optimum auksin). Jika konsentrasi auksin terlalu tinggi maka akan menghambat pertumbuhan dan perpanjangan akar.
  3. Inisiasi akar dengan auksin menyebabkan pertumbuhan akar secara lateral. Perlakuan pertama adalah dengan mengamati jumlah baris sedangkan perlakuan kedua mengamati panjang akar lateral. Inisiasi akar didapatkan dengan bertambah panjangnya akar lateral tersebut, karena inisiasi akar itu terjadi pada bagian ujung akar, maka pertumbuhannya selalu dominan untuk memanjang, selain dikarenakan letak hormon auksin selalu berada di bagian ujung sel.

3.   Konsentrasi auksin yang rendah merupakan konsentrai auksin yang efektif untuk inisiasi akar, karena auksin dngan konsentrasi yang sangat tinggi atau sangat rendah justru akan menghambat pertumbuhan akar.

4.      a. Memicu pertumbuhan dan perpanjangan akar

b. Pembentukan buah dan bunga

c. Pembentukan tunas

d. Absisi daun dan buah

 

PENGHAMBATAN TUMBUH TUNAS LATERAL DAN DOMINASI TUNAS APIKAL

Filed under: Uncategorized — arcturusarancione @ 8:16 PM
  1. Tujuan

Meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral

  1. Pendahuluan

Auksin berasal dari bahasa Yunani “Auxano” yang berarti tumbuh atau bertambah. Auksin merupakan golongan dari substansi permacu pertumbuhan tanaman dan morfogen (fitohormon) yang paling awal ditemukan. Salah satu anggota dari auksin yang paling dikenal adalah IAA. Suatu system sel tumbuhan memerlukan auksin untuk pertumbuhan, pembagian tugas (divisi,) maupun ekspansi selular. Fungsi auksin tergantung pada jaringan yang spesifik; seperti pada batang, akar, dan buah. Auksin dapat memacu pemanjangan apical batang, ekspansi lateral rambut akar, atau ekspansi isodiametrik dalam pertumbuhan buah. Beberapa kasus (pertumbuhan koleoptil), auksin memacu ekspansi selular tanpa adanya pembagian divisi dalam sel tersebut. Kasus lainnya, auksin dapat mendorong pembagian divisi dan ekspansi sel dalam jaringan yang sama seperti inisiasi akar.

Auksin sangat berperan penting dalam dominasi tunas apikal, merupakan sebuah fenomena dari pusat percabangan tumbuhan yang tumbuh lebih dominan daripada percabangan lainnya. Tunas apikal adalah bagian yang memproduksi hormon auksin yang dapat berdifusi ke bawah dan menunjang pertumbuhan tunas lateral, dilain pihak pertumbuhan ini akan menimbulkan kompetisi pada tunas apikal terhadap cahaya matahari dan nutrisi. Apabila prinsip dari dominasi apikal dapat dipahami, maka akan sangat membantu dalam manajemen tumbuhan. Manajemen tumbuhan dapat berupa memanipulasi respon natural, seperti pengaruh hormone auksin ini untuk menghasilkan tumbuhan yang dapat diatur ukuran, bentuk, maupun produktivitas buahnya (http://en.wikipedia.org).

III. Hasil Pengamatan

Tabel panjang dan diameter tunas  lateral rata-rata

No Perlakuan Panjang tunas lateral rata-rata (cm) Diameter rata-rata batang (cm)
1. Tanaman utuh (kontrol) 13,2 0,225
2. Tanaman dipotong dan diberi pasta lanolin 3,53 0,175
3. Tanaman dipotong dan diberi  pasta IAA 1,75 0,2
  1. Pembahasan

Dalam fisologi tumbuhan, dominasi apical adalah suatu prinsip distribusi auksin dalam organisasi tumbuhan, dengan menekankan pertumbuhan ke arah atas (apikal) dan mengesampingkan percabangan (lateral). Auksin sebagai factor penyebab dominasi apical ini merupakan hormon yang diproduksi secara alamiah dalam tumbuh tanaman ( Katuuk, 1989 ). Auksin banyak digunakan dalam kerja mikropropagasi dan bekerja sama dengan medium makanan ( nutrien ) untuk memelihara pertumbuhan kalus, suspensi sel atau organ ( seperti meristem, tunas dan ujung akar ) dan mengatur morfogenesis.

Dominasi apikal tersebut menyebabkan tanaman dapat tumbuh lebih tinggi dan meningkatkan eksposur tanaman terhadap cahaya matahari. Produksi auksin oleh tunas apikal berdifusi ke arah bawah tumbuhan mengikuti gaya gravitasi serta menghambat pertumbuhan tunas lateral. Pemotongan tunas apikal beserta hormonnya akan menyebabkan tunas lateral dorman yang terletak di bawah untuk mulai tumbuh. Ketika tunas apikal dihilangkan, sumber auksin dihapus. Konsentrasi auksin yang jauh lebih rendah menyebabkan tunas lateral terpacu untuk tumbuh. Tunas lateral akan lebih sensitive terhadap auksin daripada tunas apikal. Kemudian, tunas yang berada diantara ketiak daun dan batang menghasilkan percabangan baru yang akan berkompetisi untuk menjadi titik tumbuh. Pergerakan auksin pada tempat sintesisnya dilakukan dengan system translokasi floem apabila terjadi dalam jarak yang cukup jauh dan melalui mekanisme auksin polar transport apabila dilakukan antar sel yang berdekatan (http://www.cilr.uq.edu.au).

Praktikum ini menggunakan kacang hijau sebagai bahan tanaman yang pada tunas ujungnya telah diolesi pasta lanolin dan pasta lanolin+IAA. Pasta lanolin adalah suatu senyawa yang terbuat dari minyak bumi, berfungsi sebagai suatu indikator. Sedangkan pasta lanolin+IAA merupakan pasta lanolin yang telah diberikan IAA atau auksin. Ujung tanaman ini sebelumnya dipotong, kemudian bagian yang terpotong diolesi oleh pasta lanolin dan pasta lanolin+IAA, serta tanaman yang lain sebagai control. Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat bahwa tanaman kontrol menempati posisi teratas pertumbuhan tunas lateral maupun diameter batang. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang ada, karena tanaman yang telah diolesi oleh pasta lanolin + IAA memiliki mekanisme berupa dominasi tunas apikal yang tidak berkurang. Tunas lateral akan tetap dorman dengan suplai/cadangan auksin yang tetap tersedia dari bagian atas tumbuhan (http://abstracts.aspb.org). Lain halnya dengan tanaman control dan tanaman yang diolesi pasta lanolin saja. Tanaman tersebut cenderung untuk membentuk tunas lateral setelah pengaruh dari auksin menghilang akibat terpotongnya tunas apikal. Pengaruh konsentrasi auksin dalam konsentrasi rendah pada tunas lateral ternyata mampu membuatnya tumbuh lebih pesat dan menunjukkan sensivitasnya (www.answers.com).

Terdapat beberapa kendala dalam percobaan ini, seperti: kesalahan praktikan dalam menutup bahan tanaman dengan menggunakan plastik hitam. Seluruh tanaman justru ditutupi oleh plastik hitam, sehingga menjadi layu bahkan beberapa mati. Padahal seharusnya hanya bagian yang dipotong saja yang ditutupi oleh plastik hitam. Penutupan dengan plastik hitam ini bertujuan untuk meminimalisir pengaruh cahaya matahari terhada kerja hormon auksin. Auksin akan bekerja optimum pada kondisi gelap atau kurang cahaya matahari.

  1. Kesimpulan

Dominasi apikal adalah suatu prinsip distribusi auksin dalam organisasi tumbuhan, dengan menekankan pertumbuhan ke arah atas (apikal) dan mengesampingkan percabangan (lateral). Dominasi apikal dipicu oleh produksi auksin pada bagian tunas apikal tanaman. Pemotongan tunas apikal akan menyebabkan tunas lateral menjadi tumbuh, akibat auksin yang bergerak ke bawah. Apabila ujung apikal yang telah terpotong diberikan campuran pasta lanolin+IAA, maka auksin akan kembali tersedia dan tunas lateral menjadi tidak terbentuk kembali.

  1. Daftar Pustaka

[Anonim]. 2010. Apical Dominance [terhubung berkala]. http://en.wikipedia.org/wiki/Apical_ Dominance (21 Mei 2010)

[Anonim]. 2010. Role of Auxin in Apical Dominance [terhubung berkala]. http://www.cilr.uq.edu.au/…/File/Apical%20Dominance%20Workshop_brett.pdf (21 Mei 2010)

[Anonim]. 2010. Apical Dominance in Plants [terhubung berkala]. http://www.answers.com/topic/apical-dominance (21 Mei 2010)

[Anonim] 2010. Apical Dominance in Orchids [terhubung berkala]. http://abstracts.aspb.org/pb2003/public/P41/0123.html (21 Mei 2010)

Katuuk, R. P. J.. 1989. Tehnik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman. Departemen P dan K:  Jakarta hal : 45 -64.

  1. Jawaban Pertanyaan
  2. Pengaruh pemberian auksin terhadap bentuk tanaman adalah tunas lateral menjadi lebih pendek dan diameternya menjadi lebih kecil serta tanaman tumbuh menjadi bengkok.

2.  Fungsi hormon auksin yang dibentuk oleh tanaman itu sendiri adalah untuk mempercepat pertumbuhan baik pertumbuhan akar dan batang, mempercepat pematangan buah, dan mengurangi jumlah biji dalam buah. Auksin yang diberikan pada tunas lateral akan menghambat pertumbuhan dari tunas lateral tersebut dan mengakibatkan adanya dominansi apikal. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh pemberian auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral berbeda dari pengaruh auksin yang dibentuk oleh tumbuhan itu sendiri.

3.  Auksin yang digunakan pada pemeliharaan tanaman tahunan berguna untuk mengurangi    cabang pada pohon tersebut, sehingga eksposure tumbuhan terhadap cahaya dapat meningkat.

4.  Pemangkasan pucuk dilakukan untuk menghindari dominansi apikal yang nantinya akan membuat tumbuhan menjadi lebih lebat, sehingga pada tanaman hortikultura akan lebih mudah untuk dipanen (pertumbuhan ke atas diminimalisir), dirawat, dan bernilai jual lebih tinggi.

 

UJI BIOLOGI 2, 4-D

Filed under: Uncategorized — arcturusarancione @ 8:12 PM
  1. Tujuan

Menentukan konsentrasi efektif 2,4-D sebagai herbisida dengan menggunakan kurva respon tumbuh akar terhadap logaritma konsentrasi 2,4-D.

  1. Pendahuluan

2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) adalah herbisida sistemik yang umum untuk digunakan dalam mengontrol gulma yang tumbuh dalam tanaman pertanian. Herbisida ini merupakan jenis terbanyak yang digunakan di seluruh dunia. Tidak hanya itu, 2,4-D dikenal sebagai salah satu jenis auksin sintetik yang penting. Biasanya digunakan dalam penelitian laboratorium untuk menguji berbagai tumbuhan dan sebagai suplemen pada sel tumbuhan di dalam media kultur seperti MS Medium (http://en.wikipedia.org). Selain sebagai herbisida, 2,4-D juga berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh yang bila digunakan dalam konsentrasi rendah akan merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman. Sebaliknya apabila digunakan dalam konsentrasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan tanaman. Senyawa ini memiliki sifat yang selektif pada gulma, sehingga dapat mematikan gulma tetapi tanaman pokok yang dibudidayakan tidak terganggu.

Sebagai salah satu senyawa yang masuk ke dalam grup hormon auksin, maka 2,4-D dapat bekerja maksimum untuk pembelahan dan pembesaran sel serta pembentukan akar stek bila diberikan dalam konsentrasi rendah. Herbisida jenis 2,4 -D ini tergolong ideal, karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya : relatif murah, tidak meninggalkan racun pada hewan, tidak menyebabkan karatan, tidak mudah terbakar dan mudah diencerkan dalam pengaplikasiannya. Senyawa 2,4-D sangat ampuh untuk membasmi gulma berdaun sempit pada lahan persawahan (www.plantphysiol.org).

III. Hasil Pengamatan

Tabel Data Panjang Akar

Kombinasi 2,4-D (mg/l) Rata-Rata Panjang Akar (cm) Simpangan Baku Galat Baku
0 8,67 10,54 3,246
0,001 7,9 27,41 5,235
0,01 6,007 11,299 3,36
0,1 4,47 1,41 1,187
1 0,98 0,099 0,31
10 0,51 0,25 0,5
Tidak diketahui 3,47 1,84 1,35
  1. Pembahasan

Auksin merupakan hormon yang diproduksi secara alamiah dalam tumbuh tanaman ( Katuuk, 1989 ). Auksin banyak digunakan dalam kerja mikropropagasi dan bekerja sama dengan medium makanan ( nutrien ) untuk memelihara pertumbuhan kalus, suspensi sel atau organ ( seperti meristem, tunas dan ujung akar ) dan mengatur morfogenesis terutama berkonjugasi dengan sitokinin. Auksin juga mengontrol proses variasi khusus seperti pertumbuhan sel dan pembentangan sel. Aktivitas auksin ditentukan oleh : (1) adanya struktur cincin yang tidak jenuh, (2) adanya rantai keasaman, (3) pemisahan grup karboksil dari struktur cincin, dan (4) adanya pengaturan ruang antara struktur cincin dan rantai keasaman (Abidin, 1985).

Praktikum ini membahas mengenai  pengaruh berbagai konsentrasi herbisida 2,4-D pada biji mentimun yang akan dikecambahkan. Penggunaan 2,4-D sebagai pengganti auksin sintetik diharapkan dapat memberikan pengaruh  terhadap perkembangan sel-sel akar primer mentimun.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa auksin dapat meningkatkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel.   Auksin juda dapat menstimulasi pertumbuhan sel, dengan mekanisme fase pembelahan dan fase perrkembangan sel. Pada saat sel mengalami enlargement phase, sel tidak hanya mengalami peregangan akan tetapi juga mengalami penebalan dinding sel baru.

Berdasarkan hasil pengamatan, semakin rendah konsentrasi 2,4-D yang digunakan, maka akan semakin panjang akar primer yang terbentuk. Sedangkan pada konsentrasi paling tinggi, yakni 10 ppm; rata-rata biji mentimun cenderung untuk tidak tumbuh. Bila 2,4-D diaplikasikan dalam konsentrasi yang tinggi maka proses pembelahan dan perbesaran sel terjadi sangat cepat melebihi situasi normal, akibatnya pembelahan dan perbesaran sel menjadi tidak terkendali yang berakibat pada proses penghambatan pertumbuhan yang pada akhirnya terjadi dengan kematian biji mentimun tersebut. Terdapat beberapa biji mentimun yang tidak tumbuh pada perlakuan dengan konsentrasi yang lebih rendah, hal ini mungkin saja dikarenakan oleh biji yang digunakan tidak terbasahi oleh larutan tersebut. Selama inkubasi percobaan, biji-biji mentimun ini ditempatkan di dalam ruangan gelap tanpa paparan cahaya matahari. Hal ini dilakukan karena auksin akan bekerja optimum pada kondisi cahaya yang terbatas bahkan cenderung gelap. Namun, kondisi cahaya yang minim ini tidak terlalu baik bagi tanaman. Tanaman akan terlihat lebih pucat walaupun tumbuh lebih cepat, karena konsentrasi klorofil yang dikandung oleh tumbuhan menjadi menurun. Pemilihan 2,4-D sebagai zat pemacu pertumbuhan berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti : lambat diuraikan oleh sel tumbuhan dan stabil pada pemanasan dengan autoklaf (Wattimena, 1988).
V. Kesimpulan

2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) adalah salah satu jenis herbisida yang berasal dari golongan hormon auksin sintetik. Senyawa ini apabila diberikan dalam konsentrasi yang rendah dapat memacu pembelahan sel tanaman dengan cepat. Namun, apabila diberikan dalam konsentrasi tinggi, cenderung akan menghambat pertumbuhan sel-sel tanaman bahkan menghentikan pertumbuhannya. Auksin akan bekerja optimum pada kondisi gelap tanpa cahaya matahari.

  1. Daftar Pustaka

[Anonim]. 2010. Auxin [terhubung berkala]. http://en.wikipedia.org/wiki/Auxin (22 Mei 2010)

[Anonim]. 2010. Auxin and It’s Effects [terhubung berkala]. www.plantphysiol.org/cgi/content/full/142/3/812 (22 Mei 2010)

Abidin, Z. 1982. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit Angkasa: Bandung.

Katuuk, R. P. J.. 1989. Tehnik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman. Departemen P dan K:  Jakarta hal : 45 -64.

Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: PAU IPB.

  1. Jawaban Pertanyaan

1. Keefektifan auksin jika ditinjau dari konsentrasi pemberian auksin adalah: auksin yang diberikan dalam konsentrasi yang sedikit akan lebih efektif daripada pemberian auksin yang diberikan pada konsentrasi yang tinggi. Karena pada konsentrasi yang kecil, auksin akan memacu pembelahan sel. Namun pada konsentrasi yang lebih tinggi justru akan menghambat pembelahan sel.

2. Peranan pH pada percobaan ini adalah untuk melindungi benih mentimun dari penyakit layu kecambah serta mempengaruhi asosiasi senyawa asam lemah yang terbentuk dari asam amino dan bahan organik pada auksin 2,4-D. pH dijaga dalam kondisi yang konstan yakni pada pH 5,6.

3. Ya. Panjang rata-rata akar pada perlakuan 2,4-D yang paling rendah berbeda dengan panjang rata-rata akar pada perlakuan larutan penyangga. Konsentrasi auksin yang rendah mampu meningkatkan pertumbuhan secara optimal. Semakin rendah konsentrasi auksin akan semakin efektif auksin tersebut. Apabila dibandingkan dengan larutan penyangga saja, maka dapat diamati bahwa pertumbuhan akar primernya tidak secepat apabila diberikan auksin.